Apa saya jurukabar yang tergantung situasi dlm menyampaikan kebenaranNYA?
Apa saya punya banyak dalih dan kebijakan dalam melayani DIA?
Apa saya lebih takut kepada manusia daripada kepada Sang Pencipta, sehingga menimbulkan pertanyaan "Siapa 'Bos' saya sesungguhnya?" (TUHAN atau manusia?)
Apa saya sudah sampai tingkat 'ilmu' yg berani berkorban semua yang saya miliki demi menegakkan kebenaranNYA?
Sudah dimana saya sampai sejauh ini dlm keimanan saya?
Terjemahan bebas roh nubuat :
Jadi manusia berdalih, sampai kebijakannya menggantikan kesetiaan dan penurutan.
Dosa tidak mau dibuang. Kapan akan terdengar lagi gereja bersuara menegur dengan setia, “Engkaulah orang itu”? [2 Samuel 12: 7]
Jika kata-kata semacam ini sering dikumandangkan, kita akan melihat lebih banyak kuasa Allah.
Utusan Tuhan hendaknya tidak mengeluh bahwa usaha mereka tidak membuahkan hasil sampai mereka meninggalkan cinta akan kompromi, keinginan mereka untuk menyenangkan manusia, yang menuntun mereka untuk menyembunyikan kebenaran, dan berseru, Damai, ketika Tuhan sendiri belum berbicara damai.
Apakah setiap pelayan Tuhan menyadari kekudusan pekerjaannya dan kesucian panggilannya.
Sebagai utusan yang ditunjuk secara ilahi, para hamba TUHAN berada dalam posisi tanggung jawab yang kritikal.
Sebagai perwakilan Kristus di dunia ini, mereka harus bekerja sebagai pelayan surga, mendorong yang taat dan memperingatkan yang tidak taat.
Kebijakan duniawi janganlah membebani mereka. Mereka tidak pernah menyimpang dari jalan di mana Yesus melarang mereka berjalan. Mereka harus maju dalam iman, mengingat bahwa mereka dikelilingi oleh awan saksi.
Mereka tidak boleh mengucapkan kata-kata mereka sendiri, tetapi kata-kata dari Seseorang yang lebih besar dari para penguasa bumi. Pesan mereka haruslah, "Beginilah firman Tuhan."
Allah memanggil orang-orang seperti Nathan, Elia, dan Yohanes, yang akan menyampaikan pesan-Nya tanpa rasa takut, apa pun konsekuensinya;
orang2 yang akan mengatakan kebenaran, meskipun untuk menyerukannya mereka berani berkorban semua yang mereka miliki.
Tulisan aslinya :
So men have argued, till policy has taken the place of faithfulness. Sin is allowed to go unrebuked. When will be heard once more in the church the voice of faithful rebuke, “Thou art the man”? [See 2 Samuel 12:7.] If these words were not so rare, we should see more of the power of God. The Lord's messengers should not complain of their efforts’ being fruitless until they repent of their love of approbation, their desire to please men, which leads them to suppress the truth, and to cry, Peace, when God has not spoken peace.GW 150.1
Would that every minister of God realized the holiness of his work and the sacredness of his calling. As divinely appointed messengers, ministers are in a position of awful responsibility. In Christ's stead they are to labor as stewards of the mysteries of heaven, encouraging the obedient and warning the disobedient. Worldly policy is to have no weight with them. Never are they to swerve from the path in which Jesus has bidden them walk. They are to go forward in faith, remembering that they are surrounded by a cloud of witnesses. They are not to speak their own words, but the words that One greater than the potentates of earth has bidden them speak. Their message is to be, “Thus saith the Lord.” GW 150.2
God calls for men who, like Nathan, Elijah, and John, will bear His message with fearlessness, regardless of consequences; who will speak the truth, though to do this calls for the sacrifice of all they have.GW 150.3
Apa saya punya banyak dalih dan kebijakan dalam melayani DIA?
Apa saya lebih takut kepada manusia daripada kepada Sang Pencipta, sehingga menimbulkan pertanyaan "Siapa 'Bos' saya sesungguhnya?" (TUHAN atau manusia?)
Apa saya sudah sampai tingkat 'ilmu' yg berani berkorban semua yang saya miliki demi menegakkan kebenaranNYA?
Sudah dimana saya sampai sejauh ini dlm keimanan saya?
Terjemahan bebas roh nubuat :
Jadi manusia berdalih, sampai kebijakannya menggantikan kesetiaan dan penurutan.
Dosa tidak mau dibuang. Kapan akan terdengar lagi gereja bersuara menegur dengan setia, “Engkaulah orang itu”? [2 Samuel 12: 7]
Jika kata-kata semacam ini sering dikumandangkan, kita akan melihat lebih banyak kuasa Allah.
Utusan Tuhan hendaknya tidak mengeluh bahwa usaha mereka tidak membuahkan hasil sampai mereka meninggalkan cinta akan kompromi, keinginan mereka untuk menyenangkan manusia, yang menuntun mereka untuk menyembunyikan kebenaran, dan berseru, Damai, ketika Tuhan sendiri belum berbicara damai.
Apakah setiap pelayan Tuhan menyadari kekudusan pekerjaannya dan kesucian panggilannya.
Sebagai utusan yang ditunjuk secara ilahi, para hamba TUHAN berada dalam posisi tanggung jawab yang kritikal.
Sebagai perwakilan Kristus di dunia ini, mereka harus bekerja sebagai pelayan surga, mendorong yang taat dan memperingatkan yang tidak taat.
Kebijakan duniawi janganlah membebani mereka. Mereka tidak pernah menyimpang dari jalan di mana Yesus melarang mereka berjalan. Mereka harus maju dalam iman, mengingat bahwa mereka dikelilingi oleh awan saksi.
Mereka tidak boleh mengucapkan kata-kata mereka sendiri, tetapi kata-kata dari Seseorang yang lebih besar dari para penguasa bumi. Pesan mereka haruslah, "Beginilah firman Tuhan."
Allah memanggil orang-orang seperti Nathan, Elia, dan Yohanes, yang akan menyampaikan pesan-Nya tanpa rasa takut, apa pun konsekuensinya;
orang2 yang akan mengatakan kebenaran, meskipun untuk menyerukannya mereka berani berkorban semua yang mereka miliki.
Tulisan aslinya :
So men have argued, till policy has taken the place of faithfulness. Sin is allowed to go unrebuked. When will be heard once more in the church the voice of faithful rebuke, “Thou art the man”? [See 2 Samuel 12:7.] If these words were not so rare, we should see more of the power of God. The Lord's messengers should not complain of their efforts’ being fruitless until they repent of their love of approbation, their desire to please men, which leads them to suppress the truth, and to cry, Peace, when God has not spoken peace.GW 150.1
Would that every minister of God realized the holiness of his work and the sacredness of his calling. As divinely appointed messengers, ministers are in a position of awful responsibility. In Christ's stead they are to labor as stewards of the mysteries of heaven, encouraging the obedient and warning the disobedient. Worldly policy is to have no weight with them. Never are they to swerve from the path in which Jesus has bidden them walk. They are to go forward in faith, remembering that they are surrounded by a cloud of witnesses. They are not to speak their own words, but the words that One greater than the potentates of earth has bidden them speak. Their message is to be, “Thus saith the Lord.” GW 150.2
God calls for men who, like Nathan, Elijah, and John, will bear His message with fearlessness, regardless of consequences; who will speak the truth, though to do this calls for the sacrifice of all they have.GW 150.3
Comments
Post a Comment