Sudah terlihatkah oleh saya, seperti halnya orang kafir, tentara Roma yg melihat Yesus Kristus, Anak Allah Satu-satunya, yang ada di atas salib itu ?
Benarkah “Allah begitu mengasihi dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,”—bukan anak melalui penciptaan, seperti halnya para malaikat, atau anak melalui adopsi, seperti orang berdosa yang telah diampuni, tetapi Anak yang diperanakkan menurut gambar yang diungkapkan dari pribadi Bapa, dan dalam semua terang keagungan dan kemuliaan-Nya, yang setara dengan Allah dalam otoritas, martabat, dan kesempurnaan ilahi ?
Mata orang beragama, bangsa Yahudi atau mata orang kafir, tentara Roma yang saya miliki dalam melihat Yesus Kristus yang tersalib itu ?
Persembahan lengkap telah dibuat; karena “Allah begitu mengasihi dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,”—bukan anak melalui penciptaan, seperti halnya para malaikat, atau anak melalui adopsi, seperti orang berdosa yang telah diampuni, tetapi Anak yang diperanakkan menurut gambar yang diungkapkan dari pribadi Bapa, dan dalam semua terang keagungan dan kemuliaan-Nya, yang setara dengan Allah dalam otoritas, martabat, dan kesempurnaan ilahi. Di dalam Dia tinggal seluruh kepenuhan Ketuhanan secara jasmaniah. {ST 30 Mei 1895, par. 3}
Kristus mengaku sebagai Anak Tunggal Bapa, tetapi orang-orang yang terbungkus dalam ketidakpercayaan, dihalangi dengan prasangka, menyangkal Yang Kudus dan Yang Adil. {2SM 271.3}
Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: ”Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Matius 4:3
Dan mereka itu pun berteriak, katanya: ”Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” Matius 8:29
Maka jawab Simon Petrus: ”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Matius 16:16
Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: ”Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” Matius 26:63
mereka berkata: ”Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!” Matius 27:40
Diakhir hari penyaliban itu, bukti baru diberikan tentang penggenapan nubuatan, dan kesaksian baru diberikan tentang keilahian Kristus. Ketika kegelapan telah terangkat dari salib, dan kematian Juruselamat telah ditangisi, segera terdengar suara lain, berkata, “Sungguh, ini adalah Anak Allah.” Matius 27:54. {DA 770.1}
Kata-kata ini diucapkan tanpa nada berbisik. Semua mata menoleh untuk melihat dari mana suara itu datang. Siapa yang telah berbicara? Itu adalah perwira, prajurit Romawi. Kesabaran ilahi Juruselamat, dan kematian-Nya yang tiba-tiba, dengan seruan kemenangan di bibir-Nya, telah mengesankan orang kafir ini. Dalam tubuh yang memar dan patah tergantung di kayu salib, perwira itu mengenali bentuk Anak Allah. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengakui imannya.
Jadi sekali lagi bukti diberikan bahwa Penebus kita melihat penderitaan jiwa-Nya. Pada hari kematian-Nya, tiga orang, yang sangat berbeda satu sama lain, telah menyatakan iman mereka— seorang yang memimpin penjaga Romawi, seorang yang memikul salib Juruselamat, dan seorang yang mati di kayu salib di sisi-Nya. {DA 770.2}
A complete offering has been made; for “God so loved the world, that he gave his only-begotten Son,”—not a son by creation, as were the angels, nor a son by adoption, as is the forgiven sinner, but a Son begotten in the express image of the Father’s person, and in all the brightness of his majesty and glory, one equal with God in authority, dignity, and divine perfection. In him dwelt all the fullness of the Godhead bodily. {ST May 30, 1895, par. 3}
Christ claimed to be the Only Begotten of the Father, but men encased in unbelief, barricaded with prejudice, denied the Holy and the Just One. {2SM 271.3}
In the closing events of the crucifixion day, fresh evidence was given of the fulfillment of prophecy, and new witness borne to Christ’s divinity. When the darkness had lifted from the cross, and the Saviour’s dying cry had been uttered, immediately another voice was heard, saying, “Truly this was the Son of God.” Matthew 27:54. {DA 770.1}
These words were said in no whispered tones. All eyes were turned to see whence they came. Who had spoken? It was the centurion, the Roman soldier. The divine patience of the Saviour, and His sudden death, with the cry of victory upon His lips, had impressed this heathen. In the bruised, broken body hanging upon the cross, the centurion recognized the form of the Son of God. He could not refrain from confessing his faith. Thus again evidence was given that our Redeemer was to see of the travail of His soul. Upon the very day of His death, three men, differing widely from one another, had declared their faith,—he who commanded the Roman guard, he who bore the cross of the Saviour, and he who died upon the cross at His side. {DA 770.2}
Comments
Post a Comment